Fitriani, Mahasiswi Sosiologi Agama Akhir-akhir ini awak media dipenuhi dengan berita-berita pasal pandemi covid-19, yang mana p...
Fitriani, Mahasiswi Sosiologi Agama
Akhir-akhir ini awak media dipenuhi
dengan berita-berita pasal pandemi covid-19, yang mana pandemi ini secara tidak
langsung merubah siklus, tatanan serta kultur masyarakat. Virus ini awal
mulanya ditemukan di Wuhan, China. Namun, dengan cepat virus ini menyebar
keberbagai negara termasuk negara kita Indonesia dengan jumlah kasus 14.749
positif, 3.063 sembuh dan 1.007 pasien meninggal dunia, dilansir dari Update Corona,
CNN Indonesia tertanggal 12 Mei 2020. Melihat lonjakan kasus tersebut,
pemerintah tak henti-hentinya memberikan edukasi dan meluncurkan berbagai
aturan-aturan demi memutus mata rantai covid-19, mulai dari pemberlakuan PSBB,
Social distancing, physical distancing serta himbauan beraktivitas di rumah
saja.
Kultur
dalam hal ini dapat diartikan sebagai gaya hidup masyarakat. Meminjam pendapat
dari Kotler (2002, p.192) gaya hidup merupakan pola hidup seseorang di
dunia diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Maksudnya, suatu gaya
hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas),
apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat) dan apa yang orang
pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).
Sedangkan menurut
pendapat Susanto (dalam Nugrahani, 2003) gaya hidup adalah perpaduan antara
kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak
berdasarkan pada norma yang berlaku. Menilik dari definisi-definisi tersebut, dapat
kita kaitkan gaya hidup masyarakat saat ini. Sejak pemberlakuan PSBB dan
Himbauan di rumah saja sedikit banyak berpengaruh pada aktivitas-aktivitas
serta kebiasaan masyarakat. Seperti halnya dalam bidang Pendidikan, yang
sebelum adanya covid-19 dilakukan secara normal, kini diganti dengan
pembelajaran jarak jauh/ pembelajaran online (Daring).
Yang ke empat dalam dunia bisnis dan teknologi, dilansir dari TEMPO.CO, (12/5/20) Jakarta-ADA Indonesia sebuah perusahaan yang bergerak di bidang data dan Artificial Intelegence (AI), menganalisis perubahan konsumen akibat covid-19. ADA mengatakan ada dua perilaku konsumen yang timbul yaitu (i) The Adaptive Shopper. Sejak pembatasan jarak diumumkan, pengguna aplikasi belanja mengalami kenaikan hingga 300 persen. (ii) Working-From-Home Professional. Bagi sebagian besar pekerja di Indonesia, working-from-home sama seperti bekerja pada situasi normal. Hanya saja, semua pekerjaan dilakukan di rumah dengan bantuan aplikasi produktivitas. Sejak imbauan social distancing diumumkan, pengguna aplikasi produktivitas naik hingga lebih dari 400 persen pada pertengahan bulan Maret lalu.
Melihat
perubahan-perubahan tersebut dapat dikatakan gaya hidup masyarakat saat ini
mengalami Revolusi Society yang dimana perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan
masyarakat. Itu amatlah dengan nyata bisa diamati di masa-masa ini.
Dengan
demikian bijaklah kita menghadapi pandemi ini dan saling bekerja sama untuk
memutus mata rantai covid-19 dengan cara patuhi anjuran pemerintah, jauhi
kerumunan serta berkativitas di rumah saja.
# Kalau bukan kita siapa lagi
# Tetap di rumah dan jaga kesehatan
Tidak ada komentar