Belum lama ini dunia telah digegerkan dengan masalah radikal dan teroris, selang beberapa waktu tiba-tiba dunia digegerkan dengan...
Belum lama ini dunia telah digegerkan dengan masalah radikal dan teroris, selang beberapa waktu tiba-tiba dunia digegerkan dengan mewabahnya virus corona atau disebut dengan Covid 19, yang terjadi di Cina, hingga meluas di negara tanpa terkecuali di Indonesia dengan angka terinfeksi 664.924, sembuh 140.222 dan meninggal dunia 30.848 (29/03/2020)
Covid
19 adalah virus jenis baru dengan penyebaran yang sangat cepat yang
justru menimbulkan tanda tanya dan banyak pertanyaan? terdapat wacana
dalam pemberitaan di media massa bahwa bahwa pandemi Covid 19 adalah
virus alami dan ada pula wacana pemberitaan yang justru mempertegas
bahwa Covid 19 adalah virus buatan manusia, penulis mengumpulkan data
dan mendeteksi pemberitaan secara online mulai pada februari sampai
maret 2020 berkisar 40 pemberitaan yang simpangsiur mengenai covid 19
bersifat alami atau buatan manusia. Berikut argumentasi dalam paradigma
ilmu sosial.
ARGUMENTASI POSITIVISTIK
Kaum
postivistik dalam ilmu sosial beranggapan bahwa masalah dan dinamika
masyarakat merupakan keniscayaan dan ketentuan bagi kepercayaannya.
Terlepas dari kesadaran masyarakat dibentuk secara alamiah (natural)
yang berdasar pada fakta atau pengalaman-pengalaman yang telah
didapatkan sebelumya, secara spesifik individu atau masyarakat dianggap
sama dengan alam yang memiliki hukum yang bersifat mekanis/pasti.
Positivisme menyatakan alam sebagai sumber pengatahuan yang benar yang
didasarkan pada rasionalitas dan data empirik.
Comte
(1798-1857) mengungkapkan bahwa ciri pengatahuan yaitu dengan
membenarkan dan menerima gejala empiris sebagai sebuah keyataan dan
kebenaran, mengumpulkan, mengklasifikasi dan memprediksikan masalah
sosial sesuai dengan aturan-aturan yang berdasar pada
pengalaman-pengalaman mereka. Konstruksi pengatahuan berdasar pada
aliran postivistik yang menganggap bahwa gejala-gejala alam yang
berdasar pada pengalaman bersifat faktual, nyata dan empiris. Hukum atau
aturan sosial yang telah ditetapkan sebelumya menjadi keharusan yang
dilakukan masyarakat, menjadikannya terpaksa dan menerimanya, didalam
ilmu sosial disebut dengan paradigm fakta sosial.
Paradigma
fakta sosial meliputi masyarakat dan alam yang merupakan bagian dari
sistem sosial masyarakat, didalamnya terdapat aturan dan nilai-nilai
(hukum) multidimensional yang meliputi politik, ekonomi, agama, budaya,
keluarga dll. Aturan dan nilai multidimensi tersebuat adalah sebuah
keharusan yang dilakukan oleh masyarakat dalam merealisasikan kehidupan
sosialnya. Hal ini senada dengan istilah positif dari bahasa Latin,
yaitu positus yang berarti meletakkan, yang secara subtansial segala
urusan benar dan salah, patuh dan tidak patuh adalah ketentuan hukum
(aturan dan nilai) yang telah diletakkan sebelumnya untuk individu atau
masyarakat dan alam.
Masalah
pandemi covid 19 atau disebut dengan virus corona merupakan virus
secara alamiah menggerogoti masyarakat dunia, masalah virus corona
terbentuk secara alami yang berdasar pada argumentasi ilmiah, realitas
ini dibuktikan dalam berbagai penelitian ilmiah salah satu dalam jurnal
Nature Medicine yang ditulis oleh Dr Kristian Andersen seorang professor
imunologi dan mikrobiologi, data membuktikan bahwa perbandingan data
sekuens genom yang tersedia untuk strain coronavirus yang diketahui,
mempertegas validitas bahwa SARS-CoV-2 bersifat alamiah. Argumentasi
positivistik kemudian relevan dalam menilai fenomena virus pandemi covid
19 yang kian hari semakin meluas, simpulan hasil analisis Dr Kristian
Andersen bahwa genom untuk lonjakan protein pada virus corona sangat
efektif untuk mengikat sel manusia yang memungkinkan hasil dari seleksi
alam.
Masyarakat
dan alam tidak akan terhindar dari nilai-nilai dan aturan yang
melingkupinya, dalam paradigma fakta sosial aturan multidimensional
mempengaruhi individu dan masyarakat hingga pada pemaksaan kehendak.
Menyikapi Covid 19 yang semakin hari semakin urgensi, dibutuhkan
penanganan yang sangat serius yakni merealisasikan arahan aturan
pemerintah, anjuran agama dan tenaga medis dalam mengurangi infeksi
penularan dari individu ke individu dan masyarakat yakni dengan sosial
distancing, lockdown, isolasi. karantina, work from home serta
meningkatkan imunitas.
Fakta
sosial selanjutnya adalah adanya anjuran agama islam untuk menghidari
wabah dan penyakit menular, dalam hadits yang di riwayatkan oleh
Al-Bukhari: Rasulullah SAW pernah bersabda:“Jika kamu medengarkan wabah
di suatu wilayah maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika wabah di
tempat kamu berada maka jangan tinggalkan tempat itu”. (HR. Bukhari).
Selanjutnya beliau juga bersabda, Abu Salamah bin Abdurrahman berkata:
saya mendengar Abu Hurairah dari Nabi Sallalahu Alaihi Wasallam beliau
bersabda:” janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang
sehat (HR. Bukhari).
Bagi
aliran ini, wabah pandemi covid 19 adalah masalah serius yang berdasar
pada hasil produksi alam (makhluk hidup) dan manusia. Dialektika ini
terjadi disebabkan alam dan seisinya (makhluk hidup) untuk manusia,
manusia untuk alam saling membutuhkan satu sama lain. Ironisnya jika
manusia mendominasi alam dengan mengedepankan kerakusan dan
keangkuhannya, maka sebaliknya alam akan berbalik mendominasi manusia
dengan bencananya yaitu pandemi covid-19.
ARGUMENTASI KRITIS
Berawal
dari kritisme Immanuel Kant (1724-1804) bahwa rasio tidak mutlak dapat
menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula
dengan pengalaman (empirik) tidak dapat selalu dijadikan tolak ukur
kebenaran dan pengatahuan. Argumen Kant mengindikasikan bahwa terdapat
penolakan atas argumen-argumen positivistik yang menggunakan
rasionalisme dan empirisme dalam melihat kebenaran sehingga membentuk
pengatahuan.
Dinamika
dan masalah sosial dalam paradigma kritis mendefinisikan ilmu sosial
sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkapkan realitas
struktur dibalik ilusi yang dinampakkan dunia secara materil. Kaum
kritis beranggapan bahwa semua masalah dan dinamika sosial terjadi bukan
secara alamiah yang berdasar pada rasionalitas yang empirik, akan
tetapi terdapat subjek tertentu sebagai aktor terjadinya masalah dan
dinamika sosial.
Max
Horkeimer (1937) menyatakan bahwa teori kritis berorentasi kritis dan
mengubah masyarakat secara keseluruhan, intinya adalah fenomena
masyarakat harus dikaitkan dengan sejarah dan fenomena masyarakat harus
pula dikaitkan dengan semua disiplin ilmu sosial lainnya. Pun demikian
gagasan Emmanuel Kant dalam “Critique of Pure Reason” untuk menyerang
aliran positivisme yang hanya mengatasi masalah dengan menggunakan
rasionalitas dan empiris dan tidak menggunakan hukum logika
sebab-akibat.
Senada
dengan argument tersebut, covid 19 merupakan permasalahan sosial yang
hidup dalam dinamika diskursus, seringkali diwacanakan di media massa
dengan narasi yang berbeda-beda, kaum kritisme beranggapan media massa
dengan penyebaran berita atas dasar kepentingan individu, kelompok atau
negara. Hal ini kemudian diperkuat bahwa terdapat pemberitaan yang
mengungkapkan bahwa virus corona atau covid 19 tidaklah alamiah akan
tetapi virus buatan manusia melalui laboratorium (mutasi genetik).
Dengan menggunakan analisis teori konspirasi sebagai pisau bedah
terdapat keanehan-keanehan dalam dinamika pandemi covid 19 ini,
keanehan-keanehan tersebut di antaranya: pertama belum cukup setengah
tahun virus ini menyebar begitu cepat mencapai puluhan negara yang telah
terinfeksi, kedua covid 19 tidak mematikan seperti virus Sars dan Mers,
anehnya adalah media lebih suka memberitakan covid 19 dari pada Sars
dan Mers dahulu, padahal sama-sama jenis virus corona. Berdasar keanehan
tersebut dalam analisis konspirasi mengenai covid 19 bahwa virus
tersebut adalah kiriman tentara militer Amerika untuk Cina
(Liputan6.com) dan Covid 19 adalah senjata biologis Amerika untuk Cina
(CNBCIndonesia.com), meski belum terdapat bukti-bukti yang konkrit untuk
membenarkan argument ini.
Aliran
kritis pada posisinya bertujuan untuk menggugat argumentasi yang hanya
mengedepankan rasio dan data empirik, tanpa menggunakan logika hukum
sebab-akibat, argumentasi kritis dalam teori konspirasi, menganggap
bahwa pendemi covid 19 adalah ciptaan kelompok tertentu yang bertujuan
mendominasi, menguasai kelompok masyarakat agar tunduk dan patuh
kepadanya. Tujuan aliran ini kemudian relevan apa yang di ungkapkan
Marxisme klasik yaitu melawan segala bentuk penindasan dan
kewenang-wenangan, sementara dalam agama bahwa islam mengutuk kelompok
yang melakukan eksploitasi terhadap kelompok lainnya, sebagaimana dalam
Al-Qur’an dalam Surah Al-A’raf, ayat 137, ketika Fir’aun menguasai dan
menindas negeri Syam dan Mesir.
Konstruksi
pengatahuan bukan hanya berdasar pada rasionalitas manusia (a priori)
akan tetapi juga membutuhkan pengalaman manusia (a postteriori), maka
gabungan keduanya menurut Emmanuel Kant adalah kritisisme. Sebagai
kongklusi untuk masyarakat bahwa dalam menyikapi realitas pandemi covid
19 sangat dibutuhkan pemahaman secara menyeluruh yakni selain makhluk
hidup (virus) ini adalah hasil produksi alam secara alami ataupun buatan
manusia melalui laboratorium akan tetapi secara ilmiah virus ini sangat
berbahaya untuk manusia maka dibutuhkan penanganan untuk menyelesaikan
masalah ini yaitu realisasikan aturan dan arahan pemerintah, taati
anjuran agama, patuhi arahan tim medis dan yang terpenting adalah jaga
kesehatan, tingkatkan imunitas, kritis atas berita media sosial yang
menimbulkan kepanikan & strees, hindari berita hoax. Salam doa dan
selamat berbagi.
Penulis adalah Wahyuddin Bakri, M.Si. Dosen Sosiologi Agama IAIN Parepare
Terimakasih tulisannya sangat membantu..
BalasHapus